F. Strategi Pembelajaran Mandiri
1. Konsep Dasar
Konsep
dasarnya yaitu program belajar diorganisasikan sedemikian rupa sehingga peserta
didik dapat menentukan sendiri bahan dan kemajuan belajar.
Belajar
mandiri adalah strategi pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
inisiatif pribadi, kemandirian dan peningkatan diri dengan bantuan guru dan
dapat dilaksanakan dalam kelompok kecil.
J.B Carol
(Wager, 1977) menyebutkan bahwa keberhasilan belajar = waktu yang diperlukan
dan waktu yang digunakan. Waktu yang diperlukan = waktu yang diberikan dan
kegigihan. Waktu yang digunakan = kemauan, kemanpuan, dan kualitas
instruksional.
2. Strategi Sistem Belajar Mandiri
Penentuan
strategi meliputi: a) tujuan, jenis, dan jenjang belajar; b) cara penyajian
bahan ajar; c) media; d) biaya yang diperlukan; e) waktu dan jadwal; f)
prosedur; g) instrumen dan penilaian.
Variabel
yang dapat dikontrol oleh penyelenggara sistem ini adalah a) waktu yang
diberikan (dapat ketat atau luwes); b) kualitas instruksional (kualitas bahan
ajar), mengandung empat rujukan, yaitu kesesuaian, daya tarik, efektif, dan
efisien.
3. Kegiatan Belajar Sistem Belajar Mandiri
Puncak kegiatan sistem belajar
mandiri ialah terlaksananya kegiatan belajar peserta didik pada waktu dan
tempat yang ditentukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Penguasaan materi
yang dipelajari dapat dievaluasi melalui tes sendiri, tes baku, tes kolokium,
maupun pertofolio.
4. Materi Pelajaran
Sistem Belajar Mandiri
Peserta didik memilih sendiri materi
ajar, tetapi faktanya materi ditentukan oleh penyelenggara dengan alasan untuk
menjaga mutu dan meningkatkan efisiensi. Kemudian materi tersebut diolah
sedemikian rupa disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Materi yang
bersifat afektif psikomotor lebih sulit pengembangannya daripada kognitif
sehingga penggunaan ilustrasi, kalimat pendek, tata letak menarik pada bahan
harus lebih diperhatikan mengingat budaya membaca yang masih kurang.
5. Fenomena Sistem
Belajar Mandiri
Fenomenanya terbuka, belajar jarak
jauh, dan e-learning. Peran guru dalam sistem ini adalah sebagai fasilitator
yang membantu peserta didik mengatasi kesulitannya dan sebagai perancang proses
belajar.
Analisis empirik terhadap sistem
belajar mandiri menghasilkan poin manfaat:
a.
Meningkatkan produktifitas pendidikan
b.
Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya
lebih individual
c.
Memberikan dasarpembelajaran yang lebih ilmiah
d.
Meningkatkan kemampuan pembelajaran dengan
memperluas jangkauan penyajian
e.
Memungkinkan belajar lebih akrab
f.
Memungkinkan pemerataan pendidikan yang bermutu
G. Pemilihan
Strategi Pembelajaran
1. Pengantar
Guru terkadang merasa kaku dengan
penggunaan satu atau dua metode dalam pembelajaran. Dengan demikian metode
pembelajaran dapat dikembangkan dari pengalaman dengan harapan terdapat variasi
dan tidak monoton.
2. Dasar Pemilihan
Strategi Pembelajaran
Dalam pemilihan strategi
pembelajaran, guru harus mengacu pada:
a.
Kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan
atau kompetensi
b.
Kesesuaian strategi pembelajaran dengan jenis
pengetahuan yang akan disampaikan
c.
Kesesuaian strategi pembelajaran sasaran
(kemampuan awal, karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, status
sosial, dan kepribadian)
d.
Biaya
e.
Kemampuan strategi pembelajaran (individu atau
kelompok)
f.
Karakteristik strategi pembelajaran (kelemahan
atau kelebihan)
g.
Waktu.
Berkaitan
dengan karakteristik strategi pembelajaran, lebih jelasnya pahami uraian
berikut.
a.
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah kemempuan
atau keterampilan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah melakukan
proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator
hasil belajar:
1) Penentuan
subjek belajar untuk menunjukkan sasaran belajar
2) Kemampuan
yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui penampilannya
(performance-nya)
3) Keadaan
dan situasi ketika siswa dapat mendemonstrasikan performance-nya
4) Standar
kualitas dan kuantitas hasil belajar
Tujuan
pembelajaran mengandung unsur: peserta didik/audience, perilaku yang harus
dimiliki/behavior, kondisi dan situasi/condition, kualitas dan kuantitas hasil
belajar/degree.
b.
Aktivitas dan pengetahuan awal siswa
Guru dapat mengetahui pengetahuan
awal siswa dengan melaksanakan pre-tes dan tes tertulis di awal pelajaran. Dengan
mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi dan memilih
metode pembelajaran yang tepat.
Jika siswa tidak memiliki prinsip,
pengalaman, maka guru harus menggunakan metode selain metode belajar mandiri,
misalnya: ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang
saran, praktikum, bermain peran. Jika siswa memiliki prinsip, pengalaman, maka
guru dapat menggunakan metode diskusi, mandiri, studi kasus, dan insiden.
c.
Integritas bidang studi/pokok bahasan
Mengajar merupakan usaha untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga strategi
pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan secara
terintegritas. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan pembelajaran:
1) Apakah
bahan pembelajaran tersebut berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu
2) Apakah
untuk mempelajari bahan pembelajaran memerlukan prasyarat tertentu
3) Apakah
tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari bahan tersebut
d.
Alokasi waktu dan sarana penunjang
Metode pembelajaran yang akan
digunakan harus dirancang menyesuaikan alokasi waktu dan sarana penunjang.
Dalam bidang studi biologi dapat digunakan metode ceramah, praktikum, dan
diskusi.
e.
Jumlah siswa
Metode yang diterapkan dalam
pembelajaran hendaknya memperhatikan jumlah siswa dan guru agar proses belajar
mengajar efektif dan berhasil. Jika ukuran kelas luas dan jumlah siswa banyak,
maka metode ceramah lebih efektif. Tetapi perlu diterapkan metode diskusi dan
tanya jawab. Jika kelas kecil, maka dapat digunakan metode tutorial karena
umpan balik lebih mudah dan cepat.
f.
Pengalaman dan kewibawaan pengajar
Jabatan guru adalah jabatan profesi
yang membutuhkan pengalaman cukup panjang dan juga kewibawaan. Kewibawaan
merupakan syarat mutlak yang abstrak karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda
latar belakang akademik dan sosial. Guru harus merupakan sosok tokoh yang
disegani, bukan ditakuti anak didiknya.