Keterbatasan ekonomi bukan halangan. Itulah yang terjadi dengan WNI usia 26 tahun. Laki-laki yang bernama Wahyudin sekaligus putra bangsa yang pantas diacungi jempol kini telah mencapai gelar S1. Semua berkat kemauan dan kerja kerasnya. Pasalnya ia hanyalah laki-laki yang dilahirkan pada keluarga sederhana. Keluarga yang tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya. Tetapi tekad kuad Wahyudin telah mengubah keadaan dirinya. Meski rela banting tulang setiap hari. Semua jerih payah itu menuai hasil yang gemilang.
Dulu ia hanya seorang pemulung. Sejak usia 10 tahun ia telah berprofesi menjadi pemulung. Tanpa malu ia melakoni profesinya demi memutus rantai setan dalam keluarganya. “Saya enggak mau terima nasib, saya harus keluar dari rantai kemiskinan,” Sekarang ia adalah mahasiswa S2 ITB
Meski usianya masih anak-anak. Pikirannya sudah dewasa. Wahyudin bertekad kuat untuk sekolah. Sejak SD dia sudah memulung. Sampai kuliah pun ia masih memulung. Ia berani berjuang sendiri. Karena untuk meminta dukungan orang tua bukan hal yang mudah. Ia harus berpikir keras untuk itu, apalagi melihat kakak-kakaknya yang harus putus sekolah demi membantu orang tua mengais rejeki.
Bahkan sempat berkuliah dengan status tetap sebagai pemulung, bukan halangan yang membuat nilainya pas-pasan. Justru Wahyudin berhasil lulus S1 pada 2013 dengan IPK yang fantastis. Ia lulus dari Fakultas Ekonomi Uhamka dengan IPK cumlaude, 3,85.
Berkat keuletan dan tekad kuat, ia mendapat kesempatan kuliah S2 di luar negeri. “Saya bebas kuliah di luar negeri, bebas pilih Negara mana saja,” Sebuah kejutan istimewa bagi seorang Wahyu. Staf beasiswa unggulan kemdikbud waktu itu sampai datang ke rumah. Wahyudin menerima beasiswa secara langsung dan tanpa tes.
Link: beasiswainggulan.kemdikbud.go.id/beasiswa/beasiswa-masyarakat-berprestasi.